Kamis, 19 Januari 2012

PERKEMBANGAN SASTRA "INDONESIA DAN DUNIA"

SASTRA DAN PERKEMBANGANNYA

Sastra atau kesusastraan, secara umum dapat didefenisikan sebagai ekspresi pemikiran atau gagasan manusia, tentang segala aspek kehidupannya yang disalurkan melalui bahasa sebagai medianya. Sehingga dapat melahirkan suatu karya yang mempunyai nilai estetik dan bermakna. Estetika atau keindahan dari suatu karya satra tentunya tidak lepas dari ke khas-an nya it sendiri, yakni dari penggunaan serta pemilihan diksi yang tepat pada kata-kata maupun kalimat yang syarat makna, sehingga dapat menggambarkan secara jelas perasaan dan suasana seperti apa yang akan disampaikan oleh pengarang.
Secara pasti, tidak ada seorangpun yang mengetahui kapan pertama kali ada atau lahirnya sastra.Namun jika dikaji menurut catatan sejarah, satra telah ada dan telah berkembang sejak ratusan bahkan ribuan tahun yang lalu. Ini dibuktikan dengan ditemukannya beberapa peninggalan berupa tulisan-tulisan kuno pada bebatuan, gua, ataupun situs-situs sejarah lainya. Sejatinya jika kita dihadapkan dengan pertayaan ”Sejak kapan sastra itu ada ?”, maka jawabannya cujup sederhana. Karena sastra itu identik dengan bahasa, dan bahasa pula lah yang menjadi komponen utamanya, maka dapat disimpulkan bahwa sastra itu ada sejak manusia mengenal dan menggunakan bahasa.
ΓΌ PERBANDINGAN SASTRA INDONESIA DAN DUNIA
Di Indonesia sendiri perkembangan sastra  telah berlangsung sejak berabad-abad yang lalu. Dimulai dengan zaman purba yang masih sulit diraba oeh ilmu sejarah, tapi setidak nya peninggalan berupa tulisan-tulisan kuno sudah cikup menjadi bukti bahwa pada masa itu manusia telah mengenal bahasa sekaligus sastra. Kemudian dilanjutkan dengan zaman krajaan di Indonesia , dimana pada masa ini perkembangan sastra sangat jelas terlihat, karena pada masa itu semakin banyak tulisan-tulisan yang menyangkut tentang nasehat-nashat keagamaan dan adat.
Beranjak  dari masa kerajaan, pada masa pendudukan di Indonesia, masa orde lama, dan masa orde baru, saat itu sastra menjadi sesuatu polemik yang sering memicu kontroversi karena digunakan sebagai media untuk mengecam berbagai penindasan serta mengkritik pola pemerintahan yang berantakan, sedangkan saat itu belum ada hak kebebasan berbicara atau berpendapat.
Secara garis besar perkembangan sastra di Indonesia dapat dibagi atas beberapa periode yakni:


v Kesustraan lama
§  Zaman purba
§  Zaman Hindu-Budha
§  Zaman kerajaan Islam
§  Zaman peralihan
v Kesusastraan baru
§  Angkatan Balai Pustaka
§  Angkatan 1945
§  Angkatan 1950
§  Angkatan 1966
§  Angkatan Reformasi
§  Angkatan 2000 sd. Sekarang
Setiap masa atau periode tentunya memilki cara ataupun pola masing-masing begitupun dengan perkembangan di dunia sastra. Pada masa sekarang banyak pihak yang berpendapat bahwa sastra  di Indonesia akan  terancam mengalami  kepunahan, gejala ini diakibatan karena perkembangan sastra di Indonesia dari waktu ke waktu relatif tidak mengalami peningkatan, bahkan cenderung menurun. Minat baca dan menulis pun semakin berkurang, bahkan generasi muda sekarang cenderung lebih suka bermain game online atau sibuk dengan kesibukan yang tak menentu ketimbang membaca buku apalagi menulis ataupun menciptakan karya-karya.
Indonesia yang terdiri atas beragam suku,agama,dan kebudayaan memiliki potensi yang sangat besar dalam dunia sastra, karena setiap kebudayaan tentunya memiliki kesusastraan tersendiri, semakin beragam maka semakin banyak pula yang dapat dijadikan objek . Misalnya saja daerah sumatera barat yang mempunyai kebudayaan Minangkabau, pada beberapa waktu silam Minangkabau sempat memegang andil besar dalam kesusastraan Indonesia dengan elahirkan beberapa ikon-ikon besar seperti Chairil Anwar, Marah Rusli, dan sebagainya.
Jika pada beberapa waktu lalu dengan teknlogi seadanya Indonesia mampu eksis dengan kesusastraannya tentunya kini dengan kemajuan teknologi yang begitu pesat seharusnya kesusastraan di Indonesia juga ikut berkembang dengan pusat pula.Akan tetapi perkembangan teknologi yang diharapkan akan menstimulan perkembangan satra ternyata malah dikhawatirkan akan semakin menggusur kesusastraan diIndonesia.
            Namun, pendapat dan semua kkawatiran tersebut hendaknya disikapi dengan bijaksana. Dengan tetap menjadikannya satra sebagai salah satu bidang studi wajib di sekolah merupakan salah Satu bentuk antisipasi kemunduran sastra dengan demikian, setidaknya sekolah sebagai lembaga yang berperan penting dalam membentuk karakter seseorang dapat mengarahkan dan menjaga minat baca tulis siswa yang kemudian secara otomatis kesusastraan Indonesia pun akan ikut terjaga kelestariannya.
            Saat ini para sastrawan dan para seniman kreatif telah banyak berinovasi, sehingga ruang lingkup sastra semakin meluas, ini dikarenakan sastra telah dikembangkan dan dikolaborasikan dengan berbagai unsur lain seperti musik, tarian atau gerakan, teater, dan sebagainya. Sehingga lahir kesenian-kesenian baru seperti musikalisasi puisi, dramatisasi puisi, dramatisasi cerpen bahkan tidak jarang film-film yang beredar saat ini dibuat berdasarkan cerita-cerita yang diangkat dari novel-novl sastra  dan masih banyak yang lainya.
            Namun yang sangat disayangkan, sastra saat ini menjadi suatu barang komersial, sastra dijadikan objek untuk mencari keuntungan yang sebesar-besarnya dengan mengesampingkan nilai-nilai dari sastra itu sendiri. Karya satra yang baik bukanlah karya yang dibuat dengan waktu yang singkat dan sembarangan, Namun suatu karya sastra yang baik adalah karya yang dibuat dengan penuh ketelitian, hasil pengamatan, dan berulang kali menjalani pengeditan atau penyuntingan. Sehingga menghasilkan suatu karya yang berkualitas dan memilikai nilai sastra yang kental.

            Pada sayembara-sayembara cerpen, maka akan dijumpai banyak peserta yang ikut serta dengan cerpen-cerpennya, namun dari cerpen-cerpen tersebut akan sulit sekali jika kita mencari suatu cerpen yang seratus persen siap untuk diterbitkan. Ini menjadi suatu bukti bahwa saat ini sastra dijadikan objek komersial semata, hadiah yang besar dari sayembara merupakan tujuan utama. Dengan mengesampingkan nilai-nilai sastra itu sendiri, kemalasan pengarang dalam mencari data yang valid serta kemalasan dalam menyunting kembal tulisan-tulisannya adalah penyebab ketidak berkualitasnya sastra Indonesia. Jika kita bandingkan dengan sastrawan Amerika John Grisham, ia adalah penulis yang sangat terkenal bahkan pada awal penerbitan novel pertamanya ia mampu menjual sebanyak 2,8juta bahkan saat ini novel-novenya telah beredar lebih dari 55juta eksemplar, sungguh pencapaian prestasi yang luar biasa. Prestasi ini tentunya tidak serta merta diraihnya, John grisham menjaga kualitas tulisannya dengan selalu memperhatikan kevalid-an data yang diperolehnya dari berbagai penelitian dan pengamatan serta kejeliannya dalam mengedit dan menyunting ulang tulisan-tulisannya.
            Kondisi seperti ini dapat menyebabkan penerbit cenderung ragu menerbitkan karya-karya anak negeri, dan lebih suka menerbitkan karya-karya hasil terjemahan dari bahasa asing yang sudah jelas berkualitas dan keberhasilan dari karya-karya tersebut di negara lain terutama di negeri asalnya sendiri tentunya juga akan menimbulkan daya tarik dan rasa penasaran dari para pembaca.
            Menanggapi kekhawatiran akan kepunahan sastra di Indonesia hendaknya ini menjadi perhatian dari seluruh pihak,terutama kepada pihak-pihak yang selalu berkecimpung di dunia sastra seperti sastrawan, penulis, penerbit, dan tentunya menjadi tugas serius bagi sekolah dan lembaga-lembaga pendidikan yang mana mempunyai andil besar dalam membentuk karakter siswa dan menanamkan rasa cinta terhadap sastra itu sendiri.Semuanya tergantung kepada  kita bersama , akan kita kemanakan kesusastraan kita. Karena sastra adalah kebudayaan kita, maka kita pula lah yang harus menjaganya.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar